Pelestarian Warisan Budaya Gambyong dan Tayub, di Kabupaten Ponorogo
Daerah | 21-May-2024 04:16 WIB | Dilihat : 265 Kali

Salah satu contoh nyata dari upaya pelestarian ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh warga Desa Sawo, Kecamatan Sawo, Kabupaten Ponorogo.
Pada malam Senin, (20 Mei 2024), mereka mengadakan acara gambyong atau tayuban, yang merupakan bentuk apresiasi dan pelestarian seni tradisional.
Istian Andra Suminar, BPD dan pelestari seni di wilayah tersebut, menekankan pentingnya kegiatan ini tidak hanya sebagai sarana pelestarian budaya tetapi juga sebagai bagian dari perayaan dan hajatan di desa.
"Disitu ada pertunjukan seni tari yang biasa disebut sinden ataupun tledek. Tak hanya menari, mereka juga bisa menyanyi dengan beberapa tamu undangan," ujarnya pada, Selasa (21/5/2024).
Lebih lanjut ia juga menjelaskan, bahwa tempat yang disediakan untuk gambyong, yang dikenal sebagai kalangan, menjadi pusat berkumpulnya tamu undangan untuk menikmati dan berpartisipasi dalam tarian dan nyanyian bersama.
"Dengan penari dan penyanyi yang berjumlah hingga puluhan dan berasal dari berbagai usia, acara ini diiringi oleh musik Jawa tradisional seperti gamelan dan kendang, menciptakan suasana yang otentik dan meriah," imbuhnya.
Andra Suminar akrab disapa Dinar oleh masyarakat setempat tersebut, juga menegaskan bahwa kegiatan seni seperti ini harus terus dilestarikan dan dikembangkan, khususnya di daerah pedesaan, untuk memastikan bahwa adat dan budaya bangsa tidak hilang di masa mendatang.
"Harapan kami untuk masa depan adalah bahwa seni-seni tradisional seperti gambyong dan tayub tidak hanya dilestarikan tetapi juga terus berkembang. Dengan menjaga keaslian sambil mengadaptasi inovasi baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Kami akan memastikan bahwa warisan budaya ini tetap hidup dan terus dihargai oleh generasi mendatang," tutup Andra.
Sementara itu Sabar selaku pelaksana hajat yang mengadakan gambyong mengatakan bahwa selain menjaga adat budaya juga hiburan sebagai masyarakat khususnya Desa Sawo.
Menurutnya, gambyong maupun tayub sudah tak lazim bagi masyarakat setempat apalagi bagi para warga yang usia rentan.
"Harapannya meskipun sudah anak cucu nanti, budaya ini terus berkembang dan terus ada. Jangan sampai tergerus dengan perkembangan jaman," tandas Sabar.
Pewarta : Jhon Mongaz/Jaya
Editor/Publisher : Yatno Widodo
Related Articles


TOPIK TERPOPULER
BERITA POPULER
